Halo!
Baru saja seminggu yang lalu kami kembali dari liburan panjang. Moda transportasi utama kami tentu saja pesawat karena harus menempuh perjalanan sebrang pulau. Walaupun sudah ada pengalaman terbang bersama bayi sebelumnya, perjalanan kali ini tetap bikin khawatir. Bayinya sekarang sudah 10 (sepuluh) bulan, dan penerbangan dilakukan sebanyak 6 (enam) lag!
Nah, saya tetap berpegang teguh pada rules yang sudah pernah diterapkan pada penerbangan pertama Emil. Sengaja kami tiba di bandara lebih awal untuk setiap penerbangan yang kami lakukan supaya banyak waktu untuk ini itu dulu sebelum boarding, misalnya kasih makan Emil, ganti diaper, dan main. Niat supaya Emil tertidur saat boarding ternyata tidak bisa terpenuhi. Emil lebih banyak ketiduran setengah jam sebelum boarding karena kecapekan main dan lihat-lihat pesawat. Kalau dulu nangis-nangis di boarding room karena minta menyusu lalu tidur, sekarang Emil sudah bisa tidur sendiri tanpa menangis.
Sampai saatnya take off, keadaan selalu aman terkendali, Emil tenang saja menyusu. Entah mengapa saat tanda kenakan sabuk pengaman dipadamkan, Emil langsung bangun dan bergerak. Hasratnya untuk melantai (merangkak .red) sudah tidak bisa ditahan, Emil selalu sengaja merosot ke bawah dan duduk di karpet pesawat. Tentu tidak masalah kalau duduk di baris paling depan karena kita mendapat leg room yang lebih luas. Tapi kalau dapat di baris tengah dan di kursi tengah sungguh merepotkan. Emil masuk ke kolong kursi depan. Terlebih lagi jika maskapai penerbangan memberikan inflight meal, tangan Emil gerayangan mau lempar tray makanan. Haduuh. Penerbangan bersama bayi menjadi tidak seindah yang dulu.
Sedikit tips yang bisa dilakukan jika terbang bersama bayi yang sudah aktif bergerak.
#1 Check in di bandara lebih awal dan mintalah kursi paling depan di sebelah lorong kabin.
Jika maskapai menerapkan tambahan biaya untuk pemilihan kursi lebih baik membeli kursi terlebih dahulu saat memesan tiket. Duduk di baris paling depan buat saya sangat nyaman jika terbang dengan bayi/anak-anak. Akses ke lavatorylebih mudah dan kita bisa menunggu sambil duduk jika masih digunakan. Pramugari akan cepat datang jika kita membutuhkan bantuan karena jarak anatara kursi kita dan pramugari cukup dekat. Duduk di samping lorong juga memudahkan kita membawa bayi berjalan di lorong ketika bosan.
#2 Bawa makanan bayi
Untuk bayi yang sudah memasuki masa MPASI, sebaiknya membawa bekal makanan berat dan makanan ringan. Jadi, jika melakukan penerbangan di jam yang tanggung, misalnya dekat makan siang atau malam, bayi masih bisa mendapat asupan makanan ketika di bandara sebelum boardingatau saat cruising di udara. Pengalaman saya bersama Emil, saat yang lain makan di pesawat, Emil juga ingin ikut makan.
#3 Bergantian memegang bayi
Kondisi ideal terbang bersama bayi adalah dengan 2 (dua) orang dewasa, menurut saya. Ketika salah satunya perlu ke lavatory atau makan, maka yang lainnya bisa mengasuh bayi terlebih dahulu. Apalagi jika harus ganti diaper, dua orang dewasa dapat saling membantu dang mengurangi kerepotan karena ruang gerak yang minim.
#4 Ajak bayi bermain atau bacakan buku bergambar
Sungguh repot kalau melihat bayi kita geletakan di karpet pesawat, apalagi seperti Emil sampai masuk ke kolong kursi depan saya. Untungnya dengan diajak main (bawa mainan favoritnya) dan melihat-lihat gambar di baby book nya, Emil bisa tenang dipangku.
Meskipun lebih merepotkan dibanding dulu, tapi bisa dikatakan penerbangan kali ini juga lancar untuk Emil. BPN-SUB-BDO-KNO-BDO-SUB-BPN done.
0 Response to "Terbang (lagi) yuk, Nak!"
Posting Komentar