Bandung sekarang semakin berkembang terutama dalam hal pariwisatanya. Banyak tempat-tempat wisata baru yang bermunculan baik dikelola pemerintah kota maupun swasta. Hotel dan cafe juga semakin bertebaran diseluruh sudut kota Bandung. Dalam waktu 6 bulan, wajah Bandung sudah tidak sama dengan pada waktu saya merantau ke Balikpapan. Bayangkan, di jalan-jalan kecil menuju rumah keluarga kami pun dengan mudah ditemukan café-café kekinian dan bangunan hotel yang berdiri walau di lahan sempit. Kalau ke Bandung, jangan khawatir bosan deh pokoknya. Oh iya, tambahan lagi, Bandung semakin macet terutama di saat weekend.
Sebagai orang Bandung, saya termasuk yang malas jalan-jalan menjelajah tempat wisata dengan alasan malas berdesakan. Kalau perginya weekdays, tidak ada yang menemani, tapi kalau perginya weekend, dijamin sudah seperti cendol (istilah saya untuk kerumunan orang, mirip cendol di dasar gelas). Percaya atau tidak, saya bahkan belum pernah ke Trans Studio Bandung, yang hits sekali di kalangan rekan kantor dulu. Saya sering dengar laporan rekan kantor kalau weekend kemarin mereka main ke Trans Studio Bandung dan menceritakan keseruan. Saya cuma bilang, “Waduh, Pak, saya belum pernah kesana”. Seakan disambar petir, mereka pun kaget, “MASA?!” Hahaha. Tapi ya itulah, selama tinggal di Bandung saya merasa malas untuk berwisata di kota sendiri, lebih nyaman di rumah, kampus, tempat les. Hehe.
Ternyata setelah merantau, kangen banget sama suasana Bandung. Jiwa turis pun muncul bahwa kami harus mengunjungi tempat wisata yang hits dan kekinian. Maka dipilihlah Dusun Bambu sebagai destinasi wisata dalam jadwal liburan kami yang sempit di hari kerja.
Dusun Bambu pada dasarnya adalah rumah makan yang dikemas apik berkedok pedesaan. Suasananya nyaman dan tenang, semilir angin, kebun, dan danau-danauan memanjakan pengunjung sekali. Waktu itu sih sepi karena bukan hari libur, tapi saya yakin kalau weekend pasti suasananya ramai. Ada 4 (empat) area untuk makan yang dinamai Burangrang, Lutung Kasarung, Purbasari, dan Pasar Khatulistiwa. Katanya sih ada juga tempat menginap dan camping di Dusun Bambu tapi sayang saya tidak lihat lokasinya karena niatnya hanya makan. Perbedaan yang kentara dari keempat retoran tersebut adalah bentuk bangunannya.
Burangrang
Merupakan bangunan cukup modern dengan interior kayu dan rotan. Disini kita disuguhkan view danau. Kami memilih untuk makan di lokasi ini karena semi open air dan ada sofa besar untuk Emil guling-guling.
Lutung Kasarung
Salah satu ikon khas Dusun Bambu, berupa bilik-bilik berbentuk telur yang terlihat seperti sarang burung. Tempatnya berkamuflase diantara pepohonan dan untuk menuju kesana kita harus melewati jembatan kecil yang menghubungkan satu sarang dengan sarang lainnya. Kata Beni, dulu kita bebas masuk ke dalam sarang yang sebenarnya hanya berisikan kursi dan meja. Tapi sekarang semua pintunya ditutup dan digembok, hanya dibuka untuk yang reservasi dan akan makan disitu. Saya tidak tahu fee nya berapa untuk reservasi tapi yang pasti buat saya sayang kalau mau duduk saja harus bayar di luar biaya makanan.
Purbasari
Konsep tempat makannya sama dengan Lutung Kasarung, hanya bisa dipakai jika kita reservasi untuk makan disana. Bilik-biliknya berbentuk rumah kecil dengan pintu berlokasi di pinggir danau. Ini juga merupakan ikon yang sering dijadikan background foto bagi wisatawan.
Pasar Khatulistiwa
Konsepnya adalah pujasera yang lebih fancy soalnya perabotannya kayu dan lokasinya bersih. Hehe. Berbagai jajanan ada disini, tinggal pilih. Kalau suka cemal cemil makanan khas Bandung, cocok berdiam diri di pasar khatulistiwa.
Dusun Bambu memang memanjakan dan membuat rileks. Emil saja senang disana, buktinya di rumah tidak mau mangap sedikitpun waktu disuapi makan, eh di Dusun Bambu mangapnya lebar bener. Tapi ya, dengan harga makanan yang cukup pricey tidak sebanding dengan rasa makanannya, kurang. Saya simpulkan di Dusun Bambu yang dijual adalah suasana.
Oh iya, jika kemari, jangan membawa makanan dan minuman dari luar karena kalau ketahuan akan di chargesekitar 250.000 rupiah. Politik banget kan ya… Selain makan, disini juga pengunjung bisa menikmati naik perahu dan bahkan bersantap dalam perahu.
Untuk membawa bayi ke Dusun Bambu rasanya tidak masalah dan nyaman-nyaman saja. Di area restroomperempuan terdapat changing table untuk bayi ganti popok walaupun tidak disediakan nursing room.
0 Response to "Makan Siang di Dusun Bambu Family Leisure Park"
Posting Komentar