Alun-Alun Kota Batu |
Hai! Kami baru saja kembali dari liburan tahunan ke kota Batu. Senang akhirnya bisa refreshingdari rutinitas ditinggal suami job, masak, beres-beres, ngurusin bayi yang acak-acak melulu, genteng bocor, ditambah beberapa bad news yang belakangan diterima. Sebulan belakangan memang lagi jenuh fisik dan pikiran, bukan cuma mama papanya, tapi Emil juga jenuh dikurung di rumah. Alhamdulillah masih ada kesempatan dan jatah liburan. Emil pun happy ga ketulungan, teriak-teriak dan nyengir terus sepanjang liburan.
Kota ini tidak jauh dari kota Malang dan dapat ditempuh dalam waktu 45 menit dari Malang. Batu memang di desain sebagai kota wisata. Penghasilan utama masyarakat Batu adalah dari pariwisata dan perkebunan, baik kebun sayur maupun bunga. Lingkungan yang sejuk memang cocok buat kebun-kebunan, jadi tanaman pun tumbuh subur. Hasil perkebunan biasa dikirimkan untuk memasok daerah-daerah di luar pulau, salah satunya tempat tinggal saya, Balikpapan. Sementara hasil bertanam bunga mayoritas dikirimkan ke Bali karena warga Batu katanya banyak juga yang buka toko bunga disana. Maklum demand bunga di Bali cukup tinggi untuk kegiatan sembahyang. Nah, sementara dari sisi pariwisata, kota Batu banyak dibangun tempat-tempat rekreasi untuk keluarga yang selalu padat pengunjung, apalagi di kala weekend. Kalau berkunjung ke Batu, jangan khawatir kehabisan penginapan karena di kota ini penginapan banyak sekali, mulai dari hotel, resort, villa, homestay, sampai rumah penduduk pun disewakan. Juga tidak perlu khawatir penginapannya jauh dari tempat wisata karena aslinya di kota Batu itu kemana-mana dekat, keliling kota batu naik taksi saja tidak sampai habis waktu 30 menit.
Seger lihat ijo-ijo :) |
Tempat rekreasi yang popular saat ini di kota Batu antara lain (akan di update dengan hyperlink di kemudian hari J) Jawa Timur Park 1 & 2, Museum Angkut, dan Batu Night Spectacular (BNS). Keempat arena ini selalu penuh tanpa mengenal waktu. Kemarin, kami hanya sempat mengunjungi Batu Secret Zoo dan Museum Satwa yang terletak di Jatim Park 2, Museum Angkut dan D'Topeng, dan BNS dengan keterbatasan waktu yang kami punya. Satu hari kami hanya bisa menjelajah satu tempat karena luas, banyak yang dilihat, dan menjaga kondisi Emil supaya tidak kecapekan. Ditambah lagi cuaca tidak menentu, hujan besar seringkali datang antara siang-sore hari.
Katanya tidak lengkap ke Batu tanpa menyambangi Alun-Alun Kota Batu. Pusat kota ini bersih, apik, dan kids friendly. Ada arena bermain untuk melatih motorik kasar anak-anak yang dipenuhi bocah-bocah ceria, ada juga bianglala, dan lampion-lampion di dalam alun-alun. Disini ada peraturan dilarang merokok di dalam taman alun-alun. Jika mau merokok bisa dilakukan di tempat khusus merokok yang berbentuk seperti halte di pojok alun-alun. Alun-alun Batu saat malam hari sangat indah karena banyak lampu dan lampion. Oh iya, bagi yang senang berkuliner, jangan lewatkan makan ketas susu di Pos Ketan Legenda 1967 yang berlokasi di sebrang alun-alun. Ketan susunya nikmat dengan berbagai pilihan topping. Harganya ramah di kantong, Rp 7000 saja satu porsi. Tapi siap-siap antriannya luar biasa panjang.
Ketan Susu Durian dan Ketan Susu Keju, recommended! |
Berwisata di kota Batu relatif murah, mulai dari penginapan, makanan, transportasi, dan oleh-oleh semua harga dibandrol wajar. Menurut pengalaman, daerah wisata biasanya membandrol harga yang tidak kira-kira kepada wisatawan. Yang paling terasa itu harga makanan karena kita pasti makan minimal 3x sehari. Hehe. Di kota Batu masih bisa lho mengisi perut mulai dari Rp 8.000 rupiah meskipun berada di dalam tempat rekreasi. Penginapan pun banyak yang murah, mulai dari Rp 100.000an per malam tergantung jenis penginapannya.
Mengenai transportasi, ada beberapa opsi yang bisa jadi pilihan, sewa mobil, naik taksi, atau naik angkutan umum. Seandainya saya solo traveling, saya pasti pilih naik angkot. Murah, paling hanya keluar uang Rp 2000an sekali jalan. Tapi saya dan Beni tidak tega kalau Emil harus ikutan naik angkot, lebih tepatnya ga sanggup gendong Emil jalan kaki ke tempat cegat angkot. Haha. Maka opsi kami hanyalah sewa mobil atau naik taksi.
Setelah browsingdan survey sana-sini, biaya sewa mobil di Batu mulai dari Rp 300.000an per hari, belum termasuk bensin dan makan supir. Lebih leluasa kalau bisa sewa mobil lepas kunci (tanpa supir) karena bisa hemat uang makan supir. Tapi kok ya syaratnya ribet untuk wisatawan luar kota, yaitu harus melampirkan rekening tagihan listrik/telepon/air, dan/atau meninggalkan jaminan sepeda motor di kantor rental. Kami yang ber-KTP luar Jawa Timur sudah pasti tidak bisa memenuhi persyaratan dan juga malas ribet. Jadilah kami pilih naik taksi kemana-mana.
Kalau dihitung lagi, buat kami malah lebih murah menggunakan taksi sebagai sarana transportasi kami. Kami hanya butuh transport dengan rute hotel-tempat wisata-hotel-tempat makan-hotel atau kira-kira 4x naik taksi dalam sehari. Karena di Batu semua tempat itu dekat, kami harus bayar minimum payment sebesar Rp 30.000 karena argonya biasanya hanya setengahnya. Total pengeluaran transport harian hanya Rp 120.000, malah seringnya Rp 90.000 saja. Jauh lebih murah daripada menyewa mobil. Tapi balik lagi ya, murah mahal itu relative, tergantung itinerary teman-teman. Sewa mobil bisa juga menguntungkan kalau dalam sehari banyak tempat yang dikunjungi dan short stay di kota Batu.
Aduh, ceritanya kokjadi itung-itungan duit begini ya. Hehe. Saya cuma memberi gambaran bahwa kota Batu itu tidak kapitalis. Sebutan kota wisata untuk Batu juga tepat karena banyak tempat yang dapat dikunjungi sampai tidak semua terjamah saking banyaknya. Batu di malam hari juga indah, walaupun tidak ada pencakar langit, tidak kalah indah sama Hong Kong yang lampunya gemerlapan. Buat kami, liburan di Batu benar-benar melepaskan penat dan menyenangkan. Ayo cobain liburan ke kota Batu!
0 Response to "Kota Wisata Batu, Jawa Timur"
Posting Komentar