Pada suatu hari, diadakan gawe (pesta) di batu raya, ramai orang yang datang di pesta itu termasuk Ne Minta dan cucunya. Satu sama lain mereka saling tegur sapa dan menceritakan keadaan mereka masing-masing. Namun, orang-orang itu tidak begitu memperdulikan kehadiran Nek Minta dan cucunya itu. Ketika cucu Ne’ Minta ingin makan tumpi’ dan daging babi, permintaannya tidak dihiraukan oleh mereka, bahkan seorang dari mereka membohongi dengan berpura-pura mengabulkan permintaan cucu Ne’ Minta.
Liciknya, mereka mengajak cucu Ne’ Minta ke dapur kemudian memberinya potongan jinton dan ia sangat senang sekali karena disangkanya daging babi. Saat keluar dari dapur, sang cucu menghampiri Ne’ Minta sambil menggigit jinton dan menunjukkan kepada kakeknya. Anehnya daging yang digigit tidak putus dan berbau tidak sedap. Melihat keanehan itu Ne’ Minta merampas barang yang diberi oleh orang dari tangan cucunya. Setelah dicermatinya lalu ia berkata kepada cucunya: “ Apa yang kamu makan ini, cu?” itu jinton, getah jangan di makan!”
Akibat peristiwa itu Ne’ Minta tersinggung dan marah besar, dia bermaksud hendak memberi pelajaran kepada orang kampung yang telah mempermainkan dan menghina dia dan cucunya.
Saat ne’ Minta pulang ke rumah, ia mengambil kucing peliharaannya. Kemudian kucing itu didandani selayaknya manusia memakai baju dan celana. Setelah kucing itu didandani, kemudian Ne’ Minta membawanya di tengah-tengah keramaian pesta. Saat kucing itu dilepaskan Ne’ Minta, orang-orang di pesta itu tertawa terbahak-bahak, melihat penampilan kucing yang berdandan seperti manusia. Saat itulah Ne’ Minta dan cucunya pergi meninggalkan kampung itu dengan membawa 1 buah kelapa. Telur satu biji, dan bambu tumiang untuk tongkatnya.
Kucing itu menari dengan girangnya, demikian juga orang-orang kampung semakin menjadi-jadi menertawainya. Tiba-tiba, cuaca yang tadinya begitu cerah, sekarang berubah menjadi gelap. Orang kampung yang menertawai kucing itu tadi pun menjadi kaget terheran-heran melihat hari yang begitu gelap seperti malam tetapi kucing itupun menari terus tanpa menghiraukan keadaan alam yang terjadi. Di tengah-tengah keasikan itu tiba-tiba datang angin dan petir menyambar berulang kali ditempat orang kampung mengadakan pesta. Tempat itu berantakan dan hancur berkeping-keping. Setelah angin dan petir sudah mulai reda, cuaca mulai berubah terang kembali sehingga terlihat yang disekelilingnya. Akibat tiupan angin topan dan sambaran petir tempat pesta dan kampung berubah semua menjadi batu.
Sepeninggalan Ne’ Minta dan cucunya, mereka sesungguhnya mengetahui apa yang bakal terjadi di kampung mereka. Bunyi petir yang menggelegar dan tiupan angin kencang dapat mereka dengar dan rasakan di tempat pengungsian. Sesampainya di sebuah kompokng, Ne’ minta lalu mentancapkan bambu tumiang (tongkatnya) ketanah dan menanam kelapa yang dibawanya. Telur yang dibawanya kemudian menetas dan menjadi ayam jantan. Ne’ Minta dan cucunya hidup tenang tanpa ada yang mengganggu dan menghina mereka.
Hingga saat ini bambu itu masih hidup dan menjadi rumpun bambu yang besar. Jika bambu itu dipotong maka akan mengeluarkan darah. Demikian pula tempat pesta yang merupakan bukti-bukti kejadian itu masih ada di daerah Batu Raya, yang menunjukkan tempat itu pernah dihuni oleh manusia. Banyak barang-barang yang pada zaman dahulu itu bisa dilihat di tempat ini, misalnya batu yang berbentuk peti, batu yang berbentuk WC (pajohatn) dan batu yang berbentuk tempat duduk (entong).
Sekarang tempat itu dikeramatkan, ada kalanya di tempat itu kita dapat melihat seorang ibu menyusui anaknya. Konon ada orang yang pernah melihat kucing Ne’ Minta dalam peti yang sudah menjadi batu itu. Mulai kejadian pada zaman dahulu hingga saat ini tempat itu diberi nama Batu Abur.
Lokasi : Berada di kecamatan Mempawah Hulu, letaknya di Samangkak dan Batu Raya.
Objek wisata ini belum di kelola dengan baik dan banyak di kunjungi, dari keaslian masih sangat alamiah.
Sumber :
artforensix13/https://artforensix13.wordpress.com/2016/04/21/legenda-batu-abur/ Irwan Ne’Tune penguat sumber Bpak Ahin
0 Response to "LEGENDA DAN OBJEK WISATA BATU ABUR - KALIMANTAN BARAT"
Posting Komentar