Sayang sekali hari raya Idul Fitri tahun ini kami tidak bisa pulang ke Bandung karena Beni tidak bisa cuti. Tapi masih bersyukur bisa dapat libur 3 hari, hari H Idul Fitri, hari Sabtu, dan Minggu. Begini deh kalau pekerjaan suami tidak ada jadwal kerjanya, dapat libur weekendaja sudah senang banget. Beni menawarkan untuk pergi menginap ke Samarinda, hitung-hitung “test drive” Emil bisa dibawa jalan jauh lewat darat atau tidak. Saya pun mengiyakan, sudah lamaaaaa rasanya tidak pernah jalan-jalan, bosan juga di rumah terus. Hehehe.
Perjalanan Balikpapan-Samarinda dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 2-3 jam. Hampir mirip Bandung-Jakarta lah, kecuali bentuk jalannya. Kalau Bandung-Jakarta lurus-lurus saja karena ada jalan tol Cipularang yang menghubungkan, kalau Balikpapan-Samarinda jalannya lebih menantang naik turun berkelok-kelok. Kami berangkat pukul 8 pagi dari rumah dan mengambil rute melewati Samboja karena lebih dekat dari rumah kami dibandingkan harus memutar lewat jalan utama. Nah, karena bukan lewat jalan utama, jalanannya jauh lebih menantang lagi, kecil dan berbatu. Emil yang biasa duduk di car seat akhirnya saya pangku karena kasihan takut Emil merasa tidak nyaman. Hasilnya, tangan saya kebas karena pangku Emil yang sedang tidur.
Kalau melakukan perjalanan Balikpapan-Samarinda atau sebaliknya, rasanya kurang mantap jika tidak mampir ke rest area KM50. Di kanan dan kiri jalannya ada tempat makan Tahu Sumedang. Konon ini adalah tahu sumedang terlezat seantero Kalimantan Timur. Saya dari hamil memang ngidam banget sama gorengan disini soalnya mengingatkan saya sama gorengan di Bandung. Nah, kalau temen-temen bisa berbahasa Sunda, bisa lho order makanan menggunakan bahasa Sunda karena katanya pelayannya diimpor dari Jawa Barat. Keuntungannya, kita jadi dilayani dengan cepat. Favorit saya di Tahu Sumedang ini adalah cireng dan bala-bala. Hihihi.
Cireng dan bala-bala favorit |
Pukul 12 siang kami baru sampai di Samarinda, sempat nyasar dan salah naik jembatan. Jadi, untuk ke kota Samarinda kita harus melewati jembatan besar yang berdiri di atas Sungai Mahakam. Sayangnya, Beni lupa jalan dan kami belok entah dimana dan berujung melewati jembatan kecil yang cukup padat. Untung akhirnya bisa ketemu jalan yang benar, berkat GPS. Nah, tapi untuk perjalanan ini kami sama sekali tidak punya itinerary jadi setelah sampai mau kemana kita?
Big Mall Samarinda
Ini mall yang belum satu tahun berdiri di Samarinda. Mall nya memang besar dan terlihat seperti mall modern yang ada di Jakarta, tapi tentu masih kalah sama mall-mall di Jakarta. Disini kami hanya makan siang di salah satu restoran franchise yang ada di seluruh Indonesia. Pilihan tempat makannya sedikit, mall nya masih sepi, tokonya sedikit. Untuk yang tidak punya tujuan selain makan, seperti kami, mendingjangan ke mall deh. Hal yang membedakan Big Mall dan mall lain di Balikpapan-Samarinda adalah SOGO! Buat yang tinggal di Jakarta ini sih biasa tapi kalau tinggal di Kaltim, ini luar biasa. :p
Sungai Mahakam
Sungai terbesar di Kalimantan Timur ini adalah salah satu daya tarik Samarinda. Sungainya benar-benar besar sampai bisa dilewati kapal besar. Di sepanjang tepian sungai terdapat taman-taman untuk sekedar duduk-duduk ataupun bermain. Salah satu tamannya adalah taman lampion. Di pinggir jalan banyak penjajak makanan dan oleh-oleh. Waktu kami tiba di Samarinda sayangnya hujan jadi tidak bisa nongkrong di tepi sungai. Padahal Beni pengen banget menunjukkan sungai dan jembatan ke Emil. Next time ya, Emil!
Samarinda Islamic Center
Ini adalah salah satu Masjid terbesar se-Asia Tenggara. Saya belum cek ini masjid yang paling besar atau bukan, karena ada Masjid Istiqlal di Jakarta yang juga megah. Lokasinya di seberang sungai Mahakam. Masjidnya memang luas, besar, dan indah. Kami cuma sebentar disini karena hujan.
Di depan Samarinda Islamic Center |
0 Response to "Perjalanan Singkat ke Samarinda"
Posting Komentar