IKEA oh IKEA

IKEA Indonesia, Alam Sutera, Tangerang
Bulan lalu kami sekeluarga menyambangi penjual furnitur desainer asal Swedia yang lagi hitsdi Indonesia, IKEA. Tujuan utamanya mau makan Swedian meatball sambil cari inspirasi untuk furnitur rumah kalau rumahnya udah berdiri, nasib masih ngontrak. Menurut teman saya yang desainer, IKEA itu bagaikan friend and foe, di satu sisi bagus untuk referensi dan menimbulkan kebanggaan tersendiri bahwa produk dari desainer banyak diminati masyarakat tapi di sisi lain harga yang dibandrol tidak mencerminkan produk desainer.

Kalau buat saya, IKEA itu racun. Catat ya, hanya buat saya dan ibu-ibu pada umumnya karena hanya saya yang super excited sambil jelalatan lalu kalap. Emil tidur sejak masuk pintu IKEA sampai di pertengahan kami makan, sementara Beni sibuk membuntuti saya sambil dorong stroller. Hehehe

IKEA berlokasi di komplek elit Alam Sutera, diantara pintu tol alam sutera dan mall @ alam sutera, Tangerang. Dari jauh sudah keluhatan bangunan kotak berwarna biru dengan tulisan IKEA jadi mudah menemukannya. Terdapat dua lantai, lantai dasar adalah “supermarket” dan lantai atasnya adalah showroom dan cafe. Kami memulai penjelajahan dari lantai dua dengan tujuan utama: makan. Beginilah kalau traveler yang suka kuliner, cari makan itu nomor satu.

Kami menaiki liftdan tiba di depan showroom. Niatnya langsung ke café tapi tidak bisa karena ternyata jalurnya itu showroom dulu baru berujung di café sehingga mau tidak mau harus lihat showroom. Baru saja masuk pintu showroom, mata saya terbuka lebar dan bahagia disambut barang-barang yang lucu, desain yang unik, dan fungsional. Ingin rasanya ambil kantong belanjaan lalu comot barang ini itu hanya masih ditahan dengan alasan kopernya sudah tidak muat lagi kalau dibawa pulang ke Balikpapan.

Barang-barang tidak dipajang di rak seperti di toko furnitur pada umumnya melainkan disusun dalam replika ruangan. Ada replika dapur untuk menjual kitchen set dan peralatan dapur lainnya, ada kamar tidur, kamar mandi, bahkan ada semacam rumah contoh untuk tipe 55, 45, dan 25. Di beberapa sudut ada pojok konsultasi desain bagi yang tertarik membeli. Pelayanan di IKEA sudah lengkap mulai dari konsultasi desain, pengukuran, pemasangan, dan juga pengiriman.

Kalau pada toko furnitur pada umumnya tidak memperbolehkan pengunjung mencoba duduk dan tidur di atas produk yang dipajang, lain halnya dengan IKEA. Di showroom pengunjung sengaja disuruh mencoba sofa, tidur di jejeran berbagai macam matras, merebahkan kepala di bantal, bahkan anak-anak bisa bermain di area produk taman bermain. Pokoknya showroom ini bikin saya betah dan ga mau pulang. Kami sampai dua kali keliling showroom, balik lagi setelah makan dan Emil bangun. Emil sempat coba-coba tidur di showroom area kamar tidur dan main di area bermain.

Beberapa sudut showroom IKEA
Konsep café yang ada di IKEA adalah self service. Untuk memesan makanan, kami harus berbaris dan mengambil sendiri makanan yang sudah dipajang di display kecuali makanan berat tetap diambilkan oleh karyawan seperti makanan katering. Saya memesan Swedian meatball (40k) dan cake coklat, sementara Beni memesan boiled salmon(75k) dan raspberry cheesecake. Kami juga mengambil side dish sosis, fish cake, dan fried dumpling. Ini dia penampakannya dan review pribadi saya.
Makan malam di IKEA
Swedian meatball
Menu legendaris yang sempat heboh di media sosial. Jujur saja ini salah satu alasan saya penasaran ingin makan di IKEA. Disajikan dengan mashed potato yang lembut dan gurih, bahkan Emil mau makan kentang tumbuk ini. Bola dagingnya menurut saya seperti bakso biasa, yang membuat berbeda adalah sausnya. Semacam brown sauce yang lebih creamy, rasanya lumayan tapi buat lidah saya kurang bumbu karena cenderung plain.

Boiled Salmon with Vegetables and Hollandaise Sauce
Enak! Entah memang enak atau karena saya minta punya Beni (biasanya makanan yang saya minta dari Beni selalu enak. Haha) Salmonnya lembut, sausnya menyegarkan. Kombinasi yang pas untuk saya.

Side Dishes
Sosis rasanya standard, cenderung keras karena tidak mudah dipotong dengan sendok. Fish cake, tidak saya rekomendasikan. Fried dumpling, enak.

Raspberry Chessecake
Lumayan. Tidak ada factor wow yang bisa membuat saya terkesan dengan rasa chessecake nya. Rasanya cenderung ke asam karena raspberry nya. Hidangan ini bukan favorit saya.

Cake Coklat (Lupa nama kuenya)
Kue satu ini super sekali. Dari keseluruhan makanan yang kami pesan, kue coklat ini juaranya yang bikin saya jatuh cinta sejak gigitan pertama. Rasa coklatnya tebal, tidak terlalu manis tapi tidak pahit, dan yang bikin saya bilang “mmm” saat makan adalah kuenya meleleh di dalam mulut walaupun masih ada tekstur semacam biskuit yang dipakai sebagai dasar kuenya. Buat saya kue ini berkesan karena meninggalkan after effect, jadi ga hilang setelah habis makan bahkan saya masih ingat rasanya sampai sekarang. Glek! Saya jadi mau lagi kan.

Setelah selesai makan, pengunjung harus membereskan sendiri mejanya karena konsep self servicetadi. Katanya supaya harga makanan di IKEA tetap murah, walaupun buat saya ga murah-murah banget.

Selesai makan, kami balik lagi ke showroom dan menjelajahi sentengahnya saja sambil foto-foto. Kebanyakan di area kamar tidur, makanya saya hanya pajang foto kamar tidur disini. Hehehe. Kami pun lanjut ke lantai dasar dan melihat-lihat barang-barang kecil pelengkap rumah. By the way, niat saya untuk tidak membeli barang telah gugur. Sesaat sebelum turun ke lantai dasar saya sudah mengambil cork board dan senter lalu lanjut mengambil beberapa barang di lantai dasar. Huhuhu. Untung Beni tidak marah karena dia menganut asas “mumpung disini”, istri menang lagi deh.


Tidak terasa kami sudah menghabiskan waktu 4 jam di IKEA padahal tidak semua sudut kami sambangi. Kalau bawa bayi seperti Emil rasanya 4 jam terlalu lama karena Emil sampai bosan dan menangis teriak-teriak. IKEA memang luas sekali, rasanya butuh satu hari penuh untuk menjelajahi seluruhnya. 

0 Response to "IKEA oh IKEA"

Posting Komentar

Postingan Populer